Friday 12 September 2008

Terminal, Shell, Bash

Sebenernya ini bukan ingin membahas judul diatas, seperti biasa hanya sebagai catatn kecil saja.
Saat mengikuti sebuah tutorial di internet yang menggunakan bash/terminal/konsol/CLI -gak tau juga apakah sama atau sebetulnya berbeda? Ada panduan untuk menekan Alt+Ctrl+F1 sebagai shortcut untuk memunculkan terminal.

Saya pikir cuman terminal biasa yang kita masuki pake Application>Accessories>Terminal ternyata.... berbeda (yang ini beneran full command line, kalo Om Iman bilang sih "bermain di dunia hitam"
Nah tuh panduan khan blom sempet diprint or dicatet. Saat mau balik ke GUI lagi bingung dah!
Coba Telpon beberapa rekan dan dikasih solusi, masih gak bisa malah yang keluar "Fatal Error" waduh! piye ki?? Memang saran untuk reboot sih OK, tapi sedang mendownload sebuah file yang cukup gede dan sudah 80%an gimana yah? Mana Pak Iman gak ngangkat lagi meski sudah berkali-kali ditelpon.

Akhirnya terpaksa deh reboot dan mengorbankan file yang sudah didownolad. Eh pas masuk lagi dan buka Firefox, kembali terbuka tab-tab yg sebelumnya kita browsing. Pas baca lanjutan panduannya, ternyata untuk keluar dari "dunia hitam" itu kita hanya perlu menekan Ctrl+Alt+F7 wah syukur deh nambah satu ilmu lagi bagi seorang noob seperti saya ini.

Banjir di Rumbai (lagi..lagi)

daerah Rumbai Pesisir adalah langganan banjir, bila curah hujan sedikit saja meningkat maka warga sudah bersiap-siap menghadapi banjir. Wilayah ini sudah kerap kali kena banjir, dalam setahun bisa 2-3 kali warga mengalami banjir. Wacana relokasi tampaknya masih belum mendapat tempat di hati warga dengan berbagai alasan, meski sudah ada juga sebagian yang sudah pindah dari lokasi ini.
Saat tulisan ini dimuat, warga sudah mengalami banjir selama 2 hari dan ketinggian air sudah mencapai 40cm dan ada kemungkinan untuk terus meningkat. Meski curah hujan di Kota Pekanbaru tidak terlalu tinggi namun seperti air kiriman dari daerah Kamparlah -yang membuat lokasi perumahan warga ternedam. Mudah-mudahan bisa segera surut.

Bola Untuk Anak

Cerita ini diperoleh dari Milis, so touchy.

25 tahun yang lalu,

Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana,ingin hidup bahagia.

22 tahun yang lalu,

Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan. Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak mau menerima kami. Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka.

Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.

19 tahun yang lalu,

Kamilaku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang berlari-lari, melompat-lompat atau meloncat dari meja ke kursi lalu dari kursi ke lantai kemudian berteriak "Horeee, Iya bisa terbang". Begitulah dia memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu merekah seperti mawar di pot halaman rumah. Dan Kania tak jarang berteriak, "Iya sayaaang," jika sudah terdengar suara "Prang". Itu artinya, ada yang pecah, bisa vas bunga, gelas, piring, atau meja kaca. Terakhir cermin rias ibunya yang pecah. Waktu dia melompat dari tempat tidur ke lantai, boneka kayu yang dipegangnya terpental. Dan dia cuma bilang "Kenapa semua kaca di rumah ini selalu pecah, Ma?"

18 tahun yang lalu,

Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal dari pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu. Kemarin lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania tak membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy apalagi jadi pemain bola seperti yang sering diucapkannya.

"Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi pemain bola!" tapi aku tidak suka dia menangis terus minta bola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling tidak aku bisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yang sudah kuduga, dia bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bola itu. "Horee, Iya jadi pemain bola."

17 Tahun yang lalu

Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan. Mainnya di rumah aja. Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak akan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan bola di tas sekolahnya. Yang aku tahu, hari itu hari sabtu dan aku akan menjemputnyanya dari sekolah. Kulihat anakku sedang asyik menendang bola sepanjang jalan pulang dari sekolah dan ia semakin ketengah jalan. Aku berlari menghampirinya, rasa khawatirku mengalahkan kehati-hatianku dan "Iyaaaa". Sebuah truk pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua kakiku sudah diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini. Bayang-bayang kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki, bagaimana aku bekerja sementara pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke rumah konsumen. Kulihat Kania menangis sedih, bibir cuma berkata "Coba kalau kamu tak belikan ia bola!"

15 tahun yang lalu,

Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang pesangon habis untuk ke rumah sakit dan uang tabungan menguap jadi asap dapur. Kania mulai banyak mengeluh dan Iya mulai banyak dibentak. Aku hanya bisa membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat marah. Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku tak bisa berkata apa-apa waktu Kania hendak mencari ke luar negeri. Dia ingin penghasilan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan atau tidak diizinkan dia akan tetap pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia memang pergi ke Malaysia .

13 tahun yang lalu,

Setahun sejak kepergian Kania, keuangan rumahku sedikit membaik tapi itu hanya setahun. Setelah itu tak terdengar kabar lagi. Aku harus mempersiapkan uang untuk Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia loncat satu tahun di SD-nya. Dengan segala keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa melanjutkan sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku miris, menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh remaja dan aku tahu dia ingin menikmati dunianya. Tapi keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan. Tapi aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup tegar.

10 tahun yang lalu,

Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku. Dan Kamila hanya sanggup berlari ke dalam rumah lalu sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan hinaan teman sebayanya. Anakku cantik, seperti ibunya. "Biar cantik kalo kere ya kelaut aje." Mungkin itu kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang sabar dia tidak marah walau tak urung menangis juga. "Sabar ya, Nak!" hiburku. "Pak, Iya pake jilbab aja ya, biar tidak diganggu!" pintanya padaku. Dan aku menangis. Anakku maafkan bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam hatiku. Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari kerudungnya. Dan aku bahagia. Anakku, ternyata kamu sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia tidak pernah menunjukkan kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat di bangku SMP.

7 tahun yang lalu,

Aku merenung seharian. Ingatanku tentang Kania, istriku, kembali menemui pikiranku. Sudah bertahun-tahun tak kudengar kabarnya. Aku tak mungkin bohong pada diriku sendiri, jika aku masih menyimpan rindu untuknya. Dan itu pula yang membuat aku takut. Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi TKI ke Malaysia . Sulit baginya mencari kerjaan di sini yang cuma lulusan SMP. Haruskah aku melepasnya karena alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku mulai habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal. Setelah itu dia akan pulang, menemaniku kembali dan membuka usaha kecil-kecilan. Seperti waktu lalu, kali ini pun aku tak kuasa untuk menghalanginya. Aku hanya berdoa agar Kamilaku baik-baik saja.

4 tahun lalu,

Kamila tak pernah telat mengirimi aku uang. Hampir tiga tahun dia di sana . Dia bekerja sebagai seorang pelayan di rumah seorang nyonya. Tapi Kamila tidak suka dengan laki-laki yang disebutnya datuk. Matanya tak pernah siratkan sinar baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan nyonya itu adalah istri mudanya yang keempat. Dia bilang dia sudah ingin pulang. Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu. Lebaran tahun ini dia akan berhenti bekerja. Itu yang kubaca dari suratnya. Aku senang mengetahui itu dan selalu menunggu hingga masa itu tiba. Kamila bilang, aku jangan pernah lupa salat dan kalau kondisiku sedang baik usahakan untuk salat tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti setiap bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk kuat hingga beduk manghrib berbunyi. Kini anakku lebih pandai menasihati daripada aku. Dan aku bangga.

3 tahun 6 bulan yang lalu,

Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian pemerintahan Malaysia, kabarnya anakku ditahan. Dan dia diancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh suami majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku menangis, aku tak percaya. Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin membunuh. Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta bantuan hukum dari Indonesia untuk menyelamatkan anakku dari maut. Hampir setahun aku gelisah menunggu kasus anakku selesai. Tenaga tuaku terkuras dan airmataku habis. Aku hanya bisa memohon agar anakku tidak dihukum mati andai dia memang bersalah.

2 tahun 6 bulan yang lalu,

Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah. Dan dia harus menjalani hukuman gantung sebagai balasannya. Aku tidak bisa apa-apa selain menangis sejadinya. Andai aku tak izinkan dia pergi apakah nasibnya tak akan seburuk ini? Andai aku tak belikan ia bola apakah keadaanku pasti lebih baik? Aku kini benar-benar sendiri. Wahai Allah kuatkan aku. Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia. Anakku ingin aku ada di sisinya disaat terakhirnya. Lihatlah, dia kurus sekali. Dua matanya sembab dan bengkak. Ingin rasanya aku berlari tapi apa daya kakiku tak ada. Aku masuk ke dalam ruangan pertemuan itu, dia berhambur ke arahku, memelukku erat, seakan tak ingin melepaskan aku. "Bapak, Iya Takut!" aku memeluknya lebih erat lagi. Andai bisa ditukar, aku ingin menggantikannya. "Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?" "Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak. Iya tidak mau. Iya dipukulnya. Iya takut, Iya dorong dan dia jatuh dari jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak salah kan , Pak!" Aku perih mendengar itu. Aku iba dengan nasib anakku. Masa mudanya hilang begitu saja. Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu menuntut agar anakku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat. Aku sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia tidak mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam bulan untuk memohon hukuman pada wanita itu.

2 tahun yang lalu,

Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan hadir melihatnya. Aku mendengar dari petugas jika dia sudah datang dan ada di belakangku. Tapi aku tak ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan dari hakim di sana . Petugas itu membuka papan yang diinjak anakku. Dan 'blass" Kamilaku kini tergantung. Aku tak bisa lagi menangis. Setelah yakin sudah mati, jenazah anakku diturunkan mereka, aku mendengar langkah kaki menuju jenazah anakku. Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum sinis. Aku mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air mata aku melihat garis wajah yang kukenal.

"Kania?"

"Mas Har, kau ... !"

"Kau ... kau bunuh anakmu sendiri, Kania!"

"Iya? Dia..dia . Iya?" serunya getir menunjuk jenazah anakku. "Ya, dia Iya kita. Iya yang ingin jadi pemain bola sudah besar."

"Tidak ... tidaaak ... " Kania berlari ke arah jenazah anakku.

Diguncang tubuh kaku itu sambil menjerit histeris. Seorang petugas menghampiri Kania dan memberikan secarik kertas yang tergenggam di tangannya waktu dia diturunkan dari tiang gantungan. Bunyinya "Terima kasih Mama." Aku baru sadar, kalau dari dulu Kamila sudah tahu wanita itu ibunya. Setahun lalu, Sejak saat itu istriku gila. Tapi apakah dia masih istriku. Yang aku tahu, aku belum pernah menceraikannya. Terakhir kudengar kabarnya dia mati bunuh diri. Dia ingin dikuburkan di samping kuburan anakku, Kamila.

Kata pembantu yang mengantarkan jenazahnya padaku, dia sering berteriak, "Iya sayaaang, apalagi yang pecah, Nak." Kamu tahu Kania, kali ini yang pecah adalah hatiku.

Sumber : TRUE STORY. Taken from milis Funky_Families posted by Meilya Sandra

Thursday 11 September 2008

Next Ubuntu Code Name

Ubuntu 8.04 Hardy Heron (HH) dirilis menggantikan versi sebelumnya Ubuntu 7.10 Gutsy Gibbon (GG) berikutnya akan dirilis Ubuntu 8.10 Intrepid Ibex (II) lalu apa namakode berikutnya? Ternyata berdasarkan info di sini telah diumumkan oleh Canonical sebagai Commercial Support Ubuntu yaitu dengan codename Ubuntu 9.04 JJ nah apa JJ-ini???

Jaunty Jackalope. Apa pula itu si Jackapole, dari milis didapat info bahwa Jackalope adalah Kelinci bertanduk yang berukuran besar. Lihat beberapa link berikut ini [1]
Binatang ini masih kontroversi apakah hanya sebuah legenda atau benar-benar ada.
Hmm akankah Ubuntu 9.04 akan menjadi Legenda dan Rumor yang sering dibicarakan orang??? Just Wait and See

Wednesday 10 September 2008

Trash di Linux

Trash adalah direktory "Resycle Bin" di Windows tempat file-file yang sudah kita hapus. Nah bagaimana bila file yang ada di trash ini tidak bisa dihapus (membandel)???

Dapat info dari forum Ubuntu kita bisa menggunakan command berikut:

cd ~/.local/share/Trash

itu adalah foldernya, maka untu menghapusnya:

sudo rm -r

nah ada cara lain seperti:
ubah dulu permission sbb:

chmod 755 -R ~/.local/share/Trash/files/

Trus coba lakukan empty trash

Monday 8 September 2008

Membuat Readmore di Blogger baru

Sudah banyak yang menulis tentang ini, jadi tulisan ini hanya sebatas ikatan bagi saya biar tidak susah cari-cari lagi kalau lupa. Kenapa saya berniat membuat readmore pada tulisan-tulisan yg amburadul ini. Yah sesuai namanya blog ini memang saya isi berdasarkan apa yang saya cari kemudian dapatkan di belantara maya ini, jadi isinya memang kebanyakan berupa link dan copy paste dari berbagai sumber -sambil belajar menerapkan tips dan trik blogger yang berserakan. Ataupun tulisan tentang apa saja yang teringat untuk ditulis. maka bertajuklah blog ini Sekadar Ikatan dengan subtheme "mentahan dan muntahan".

Oke ttg membuat readmore... supaya tulisan-tulisan yang ada tidak kepanjangan. Tulisan lengkapnya saya baca dan cobakan dari sini

Ternyata coba menerapkan readmore ini agak repot juga bila template yg kita gunakan tidak menemukan kode sesuai yang dicontohkan, meski udah pusing berkali-kali mencoba selalu saja ada pesan error akhirnya saat saya memutuskan untuk ganti template eh langsung lancar jaya tanpa kesulitan sama sekali. So pemecahan dari masalah template ini yang perlu kita ketahui dimananya...


Remote Access From Windows - X11vnc

Remote Access From Windows - X11vnc
Published in June 27th, 2007
Posted by Tom in software, specials

tulisan ini disadur dari sini

X11vnc adalah cara mudah untuk mengakses jarak jauh Desktop Linux anda dari komputer lain yang menggunakan Windows (ataupun Linux). Pada tulisan ini akan dijelaskan bagaimana menggunakan X11vnc untuk mengakses komputer Linux secara aman dari Windows. X11vnc adalah VNC server. Sebuah VNC server mengirimkan gambar tampilan X-windows kepada client kapanpun tampilannya berubah. VNC server Linux yang default adalah Xvnc, yang mana dia membuat tampilan virtual X-windows yang tidak ditampilkan di monitor. X11vnc berbeda dengan Xvnc karena dia bekerja sesuai dengan tampilan pada monitor sebenarnya. Hal ini amat berguna karena anda bisa terhubung ke desktop normal anda dan menggunakan aplikasi yang anda biarkan terbuka. X11vnc juga lebih mudah untuk diset up dibanding VNC server yang membuat tampilan virtual. Karena VNC server tidak aman, anda harus membuat saluran melalui SSH seperti yang akan dipaparkan berikut ini.


Langkah pertama adalah menginstal X11vnc dan SSH server di komputer yang kita inginkan bisa terhubung. Command berikut untuk menginstal di Ubuntu atau Debian. Bila sudah ada terinstal SSH server tidak perlu lagi, hilangkan saja bagian akhir dari command berikut ini
apt-get install x11vnc openssh-server

Jika anda ingin mengakses komputer dari luar jaringan maka anda perlu untuk memforward port 22 ke komputer yang menjalankan SSH server. Anda bisa melakukan ini pada setingan router. Sebelum anda menjalankan SSH server ke internet, pastikan bahwa SSH password anda susah untuk ditebak. Forward port VNC tak diperlukan. Anda harus tahu IP address global anda sehingga bisa terhubung. Layanan semacam No-IP dapat membantu dalam hal ini.

Cara termudah untuk men-setup tunnel bagi VNC pada windows adalah dengan menggunakan PuTTY. PuTTY adalah SSH client untuk Windows yang menggunakan GUI. Kamu bisa download yang PuTTY versi normal stand-alone atau versi portable yang tidak masuk ke Windows registry. Disarankan yang versi portable jika anda akan menggunakannya di komputer umum. Yang terakhir anda memerlukan VNC client. Ada banyak pilihan, tapi disarankan untuk pakai TightVNC client karena simpel (yang anda butuhkan hanyalah tightvnc-1.3.9_x86_viewer.zip). Kalau anda sudah punya keduanya -PuTTY dan TightVNC pada komputer yang anda gunakan untuk meremote, anda sudah siap untuk memulai koneksi. Mungkin anda perlu menyimpan kedua program ini pada USB flash drive sehingga anda mudah menjalankannya dari komputer manapun. Mulailah dengan menjalankan PuTTY.

PuTTY 1

PuTTY 2

Pada “Host Name”, masukkan IP address atau host name komputer yang ingin anda remote dan port SSH server adalah (22 by default). Lalu pergilah ke kategori “Connection>SSH>Tunnels” Kamu perlu membuat tunnel dari port 5900 hingga 127.0.0.1:5900. Anda bisa menyimpan settingan ini kemudian pada layar utama sehingga tidak perlu lagi selalu mengkonfigurasi PuTTY. Klik open dan log in.

Bila PuTTY telah berhasil login anda akan punya a shell. Jangan jalankan command ini sebagai root karena tidak akan berhasil. Mulailah X11vnc dengan menjalankan command berikut. Saat pertamakali dijalankan, X11vnc akan meminta password. Pilih yes agar tersimpan di lokasi default. Lalu server akan running.

x11vnc -usepw

TightVNC 1

Saat X11vnc server sudah running, mulailah TightVNC client. Connect ke 127.0.0.1::5900. Alamat ini akan mengirimkan VNC traffic melalui tunnel terenkripsi. Masukkan VNC password saat diminta dan selesai! TightVNC semestinya akan menampilkan apa yang ada pada tampilan monitor komputer yang diremote dan anda akan memiliki kontrol mouse dan keyboard. Kalau sudah selesai, tutuplah TightVNC. Maka X11vnc server secara otomatis akan tertutup. Lalu anda bisa keluar dari PuTTY.

Selamat mencoba! Semoga berhasil